Senin, 13 Juli 2009

Tentang Aku dan Kehidupanku

Sakur AW

Cilacap 13 Januari 1981

Nusadadi TR 01/05, Tinggarjaya, Sidareja , Cilacap

53261

Tentang Aku dan Kehidupanku

Hidup adalah belajar dan memperbaiki.

Kadang kita tak akan pernah tau tentang kebenaran jika kita tak pernah melakukan kesalahan.

Hal tersedih dalam hidup kita adalah, ketika dalam keadaan bahagia tidak ada seorangpun yang bisa kita ajak bersama.

Teman sejati akan selalu datang ketika dunia dan orang-orang tengah meninggalkan kita.

Aku akan tetap menjadi aku

Aku yang selalu berusaha bertindak bijak dengan hati yang bijak.

Aku yang selalu tergoda dengan segala keindahan

Aku yang selalu menghormati dan mengagungkan keindahan perempuan

Atas nama kepercayaan dan kebisaan, aku pertaruhkan segala masa depan

Sebab apa yang kita lihat , tak seperti apa yang sesungguhnya terjadi

Karena tidak ada yang abadi kecuali kepentingan.

Antara hitam putih dan abu-abu kehidupan

Aku akan berjalan dengan segenap mata hatiku.

Untuk Ayahku

Menjalani dunia yang sepi

Mungkin itu tidak terlalu tepat, jika memilih menjadi seorang wartawan adalah menjalani dunia yang sepi. Mengapa sepi dan sepi dari apa? Disetiap kebenaran dan fakta yang kita sampaikan. Disetiap konflik dan sengketa yang dipedebatkan. Kita senantiasa harus selalu berada ditengah

.

Pada akhirnya keberpihakan dan idealisme kita pula yang nantinya akan membawa pada dunia yang sunyi ini. Dunia yang tidak mengajak kita pada “popularitas” dan “kemapanan”. Namun pilihan ini harus tetap dijalankan.

Siapa yang bisa kita harapkan untuk menyampaikan kebenaran.

Aku mungkin bukan apa-apa dan bukan siap-siapa ditengah lingkaran besar yang disebut dunia dan segala problematikanya. Tapi satu perubahan itu diawali dari satu langkah kecil usaha sungguh-sungguh.

Aku sangat berterimakasih pada ayahku.

Saat senja di pematang sawah

Hanya sebuah kursi kayu dengan sebuah buku selalu menjadi teman akrabku

Ketika aku baru mengenal huruf dan kata

Ayahku selalu membujuk untuk membaca

“jagalah padi yang menguning itu, dan baca buku ini sampai selesai”

“jangan pulang sebelum senja”

kebiasaan yang berjalan lebih dari tiga tahun itu, menjadi khasanah yang mendewasakaku saat ini.

Kalian Semua Menggugah Inspirasiku

Aku selalu merasa beruntung bertemu dengan teman-temaku

Mereka yang selalu bersemangat

Berusaha belajar

Memberi empati

Dan mungkin mau berkorban untuk sebuah ketulusan

Jika kita terikat dengan ruang dan waktu

Mungkin, penghargaanmu pada ketulusan yang akan menjadi pengganti

Pada saat kita tengah merasa kehilangan.

Mari kita tautkan semangat dan tekad

Bahwa kita akan menjadi terbaik

Untuk diri kita dan untuk orang-orang yang kita cintai.

Untuk Romo Guru yang Membimbingku

Zainal Abidin

Trianto Triwikromo

Prie GS

Mbah Mul

Susilo

Dan semua yang telah memberikan segenap bimbingan

Dalam kejumudan hidup, kalian telah memberi warna semangat hidup.

Itulah sejatinya ki Semar yang selalu memberikan wejangan kemuliaan.

Memberi obor penerang bagi gelap

Tak ada yang lebih berharga yang bisa ku sampaikan

Terimakasihku, serta segenap ketulusan penghormatan.

Segenap pitutur akan ku pegang

Dan restu suci itu semoga bisa tetap membuat aku menjadi

Sejati ingkang berbudi bowo leksono