Kamis, 24 September 2009


membangun keadilan ekonomi

Suroto: Membangun Keadilan Ekonomi Melalui Koperasi

Oleh : Sakur AW KEYAKINAN yang kuat membuat Suroto (33) mampu melewati masa masa sulit dalam kehidupannya. Belajar dari pengalaman hidup dan kemiskinan, kini membuatnya aktif melakukan pemberdayaan ekonomi.
Koperasi adalah cara yang ia tempuh. Sebab melalui koperasi pula, kesejahteraan dan keadilan bisa diwujudkan. Pria yang lahir dari pasangan Prapto Hartono dan Tini, Suroto pernah menjalani hidup dengan penuh jerih payah.
Orang tuanya yang menjadi anggota keluarga transmigran, membuatnya harus berpindah-pindah. Selama dua belas tahun, ia harus berpindah-pindah ke berbagai tempat terpencil di Indonesia. Suroto kecil lahir di Semarang, belum genap usia enam tahun, bersama orang tuanya ia ikut program transmigrasi ke Aceh. Kemudian, berpindah lagi ke Merauke Irianjaya.
Di Merauke ia menamatkan pendidikan di tingkat SMP dan SMA. Buruknya kondisi sekolah dilingkungan transmigran, membuatnya harus memilih sekolah di kota. Meski dengan resiko harus menempuh biaya hidup sendiri. Bahkan ketiadaan uang untuk indekos, mengharuskan ia rela menempati rumah kosong bekas kandang babi. Rumah itu dibersihkan dan disulapnya jadi tempat tinggal.
Keinginan kuatnya untuk belajar membuat Suroto selalu mengutamakan pendidikan. Sebab melalui pendidikan, ia yakin bisa mengubah kondisi hidupnya. Setelah menamatkan SMA, ia kembali bersama orang tua, menggarap sawah dan ladang.
Harapan besarnya mulai terbuka ketika ia diterima di Universitas Jendral Sedirman (Unsoed) Purwokerto. Tahun 1994, ia diterima dalam program penjaringan siswa berprestasi keluarga transmigran. Meski sempat berhenti satu tahun, namun berkat prestasi yang diraih ia bisa diterima. Program penjaringan siswa berprestasi itu dilakukan oleh Unsoed dan Yayasan Kepedulian Pendidikan Anak Transmigran (YKPAT) yang diketuai oleh Rubiyanto Misman yang juga mantan Rektor Unsoed. " Dulu pengumumannya lewat RRI, waktu itu saya diberitahu oleh tetangga," ujarnya.
Menempuh jarak 150 Km menuju pelabuhan, ia hanya berbekal ijazah dan baju. Bahkan ia tidak sempat pamit kepada orang tua yang saat itu sedang berdagang.
Aktif di Organisasi
Di Unsoed ia masuk di program D3 Adminitrasi Keungan selesai tahun 1998, dan S1 manajemen tahun 2005. Selama menempuh masa studi, ia masih harus bergelut dengan perjuangan hidup. Meski mendapat beasiswa pembebasan biaya akademik selama tiga tahun, ia harus memenuhi kebutuhan hidup sendiri. Ia pun mulai berdagang koran bekas, kertas daun bahkan plastik sedotan.
Selama masa kuliah hingga saat ini ia juga aktif di berbagai organisasi. Sejak itulah ia mendalami koperasi. Beberapa organisasi yang ia jalani diantaranya Ketua Senat Fakultas Ekonomi Unsoed, Teater Margin Unsoed, Ketua HKTI Banyumas tahun 1999, Ketua Badan Kemitraan Pemuda Koperasi Banyumas tahun 2000, Pendiri yayasan Pusat Pengkajian Pemberdayaan Sumber Daya Lokal (P3SDL) tahun 1999, Direktur Lembaga Pengkajian Pemberdayaan Koperasi (Lepek) tahun 2003, Wakil Ketua Lembaga Study Pengembangan Perkoperasian Indonesaia (LSP2I) Jakarta tahun 2006, pendiri koperasi Kampus Unsoed (Kopkun), pendiri dan Manager Koperasi Bina Usaha Mandiri Profesional (KBUMP), perintis Koperasi Kredit Union, dan Project Manager Inernational Cooperative (ICA). Salah satu pemilik saham PT Selekta Malang Jawa Timur yang bergerak dibidang perhotelan dan pariwisata.
Selama aktif di lembaga perkoperasian, ia banyak belajar dari Ibnu Sujono mantan Dirjen Transmigrasi Koperasi dan pemerintah Daerah (Transkop Pemda). Ia menjabat sebagai dirjen selama 24 tahun pada masa kepemimpinan presiden Soeharto.
Berbagai kegiatan yang ia lakukan dalam pemberdayaan itu yakni, penguatan potensi lokal berupa gula merah di Cilongok. Selain itu ia juga menjadi konsultan koperasi di Aceh. Di Aceh koperasi yang dibangun berdasarkan potensi lokal yakni, perdagangan, pertanian, dan perikanan. " Dulu waktu saya transmigrasi ke Aceh, saat itu GAM di deklarasikan, tapi pasca bencana tsunami saya sering kesana untuk membina koperasi. Kalau ingat GAM berarti ingat usia saya," ujarnya.
Salah satu keberhasilan yang sudah dilakukan ia pada tahun 2007 lalu, ia dan rekan-rekan perkoperasian juga menggelar Seminar Internasional University Coop bekerja sama dengan Japan Coop University, yang diketuai oleh Kokhici Shoiji. Tahun 2010 mendatang ia tengah mempersiapkan Global University Coop dengan peserta dari 150 negara.
Salah satu alasan kenapa ia begitu konsen dengan koperasi, didalam koperasi tidak ada persaingan dan konflik, yang ada yakni kerjasama dan partisipasi. Disampin itu juga ada redistribusi aset dan pendapatan. Itu bertolak belakang dengan pemodal yang membuat perusahaan. Karena didalamnya ditumbuhkan persaingan yang pada akhirnya menimbulkan konflik. " Koperasi itu wujud dari demokrasi ekonomi, karena ada pemberdayaan dan kesejahteraan bersama," jelasnya.
Meski sudah cukup berhasil, namun Suroto tetap bersahaja dengan kesederhanaan. Pria penyuka musik gamelan yang baru membeli apartemen di Jakarta ini, juga tengah mempersiapkan study tentang Micro Justice di SANASA salah satu organisasi koperasi dunia di Kolombo pada Oktober mendatang. (*)
Biodata
Nama : Suroto Lahir : Semarang 11 Desember 1976
Pendidikan : SDN Sidorejo Klaten 1988
SMP N 1 Merauke 1991
SMA N 1 Merauke 1994
D3 Administrasi Unsoed 1998
S1 Manajemen Unsoed 2005
Organisasi :
Ketua Senat Fakultas Ekonomi Unsoed.
Teater Margin Unsoed.
Ketua HKTI Banyumas 1999.
Ketua Badan Kemitraan Pemuda Koperasi Banyumas 2000.
Pendiri Yayasan Pusat Pengkajian Pemberdayaan Sumber Daya Lokal (P3SDL) 1999.
Direktur Lembaga Pengkajian Pemberdayaan Koperasi (Lepek) 2003.
Wakil Ketua Lembaga Study Pengembangan Perkoperasian Indonesaia (LSP2I) Jakarta 2006.
Pendiri Koperasi Kampus Unsoed (Kopkun).
Pendiri dan Manager Koperasi Bina Usaha Mandiri Profesional (KBUMP).
Perintis Koperasi Kredit Union Purwokerto.
Project Manager Inernational Cooperative (ICA).
Salah satu pemilik saham PT Selekta Malang Jawa Timur.

Kamis, 20 Agustus 2009

My Name is Just a label i Wear

I'm not my name - it's just a label i wear..
I'm neither the face u see -
it's only a mask i hide behind..
Not even my body - it's a tool nothing more..
Not the profession i practise - it's just a calling..
Not my actions - they are only the roads i walk..
Not my thoughts - they are just an echo inside of me..
Not my feelings - they are just reflection of my mood..

Senin, 13 Juli 2009

Tentang Aku dan Kehidupanku

Sakur AW

Cilacap 13 Januari 1981

Nusadadi TR 01/05, Tinggarjaya, Sidareja , Cilacap

53261

Tentang Aku dan Kehidupanku

Hidup adalah belajar dan memperbaiki.

Kadang kita tak akan pernah tau tentang kebenaran jika kita tak pernah melakukan kesalahan.

Hal tersedih dalam hidup kita adalah, ketika dalam keadaan bahagia tidak ada seorangpun yang bisa kita ajak bersama.

Teman sejati akan selalu datang ketika dunia dan orang-orang tengah meninggalkan kita.

Aku akan tetap menjadi aku

Aku yang selalu berusaha bertindak bijak dengan hati yang bijak.

Aku yang selalu tergoda dengan segala keindahan

Aku yang selalu menghormati dan mengagungkan keindahan perempuan

Atas nama kepercayaan dan kebisaan, aku pertaruhkan segala masa depan

Sebab apa yang kita lihat , tak seperti apa yang sesungguhnya terjadi

Karena tidak ada yang abadi kecuali kepentingan.

Antara hitam putih dan abu-abu kehidupan

Aku akan berjalan dengan segenap mata hatiku.

Untuk Ayahku

Menjalani dunia yang sepi

Mungkin itu tidak terlalu tepat, jika memilih menjadi seorang wartawan adalah menjalani dunia yang sepi. Mengapa sepi dan sepi dari apa? Disetiap kebenaran dan fakta yang kita sampaikan. Disetiap konflik dan sengketa yang dipedebatkan. Kita senantiasa harus selalu berada ditengah

.

Pada akhirnya keberpihakan dan idealisme kita pula yang nantinya akan membawa pada dunia yang sunyi ini. Dunia yang tidak mengajak kita pada “popularitas” dan “kemapanan”. Namun pilihan ini harus tetap dijalankan.

Siapa yang bisa kita harapkan untuk menyampaikan kebenaran.

Aku mungkin bukan apa-apa dan bukan siap-siapa ditengah lingkaran besar yang disebut dunia dan segala problematikanya. Tapi satu perubahan itu diawali dari satu langkah kecil usaha sungguh-sungguh.

Aku sangat berterimakasih pada ayahku.

Saat senja di pematang sawah

Hanya sebuah kursi kayu dengan sebuah buku selalu menjadi teman akrabku

Ketika aku baru mengenal huruf dan kata

Ayahku selalu membujuk untuk membaca

“jagalah padi yang menguning itu, dan baca buku ini sampai selesai”

“jangan pulang sebelum senja”

kebiasaan yang berjalan lebih dari tiga tahun itu, menjadi khasanah yang mendewasakaku saat ini.

Kalian Semua Menggugah Inspirasiku

Aku selalu merasa beruntung bertemu dengan teman-temaku

Mereka yang selalu bersemangat

Berusaha belajar

Memberi empati

Dan mungkin mau berkorban untuk sebuah ketulusan

Jika kita terikat dengan ruang dan waktu

Mungkin, penghargaanmu pada ketulusan yang akan menjadi pengganti

Pada saat kita tengah merasa kehilangan.

Mari kita tautkan semangat dan tekad

Bahwa kita akan menjadi terbaik

Untuk diri kita dan untuk orang-orang yang kita cintai.

Untuk Romo Guru yang Membimbingku

Zainal Abidin

Trianto Triwikromo

Prie GS

Mbah Mul

Susilo

Dan semua yang telah memberikan segenap bimbingan

Dalam kejumudan hidup, kalian telah memberi warna semangat hidup.

Itulah sejatinya ki Semar yang selalu memberikan wejangan kemuliaan.

Memberi obor penerang bagi gelap

Tak ada yang lebih berharga yang bisa ku sampaikan

Terimakasihku, serta segenap ketulusan penghormatan.

Segenap pitutur akan ku pegang

Dan restu suci itu semoga bisa tetap membuat aku menjadi

Sejati ingkang berbudi bowo leksono

Sabtu, 20 Juni 2009

Sehari Bersama Prie GS

Motivator yang Selalu Belajar dari Setiap Kisah

Nama lengkapnya Supriyanto. Panggilannya Prie Sepintas tidak ada yang istimewa dari sosok bertubuh sedang dengan kumis tebal dan bermbut kriting ini. Itulah kesan pertama yang muncul. Pakaian yang dikenakan pun sederhana, tak menunjukkan kemewahan. Namun, dari sikap dan caranya menyapa atapun berbicara, ia mengesankan seorang yang ramah dan santun.
Jika belum mengenal, orang tidak mengira, bahwa ia adalah kartunis yang kini menjadi motivator handal. Persepsi tentang Prie GS yang diangap layaknya orang biasa, dipastikan bakal hilang kurang dari semenit, jika melihat ia ceramah di mimbar. Lihat saja ketika ia mengisi ceramah untuk peserta Diklat Jurnalistik Calon Wartawan Suara Merdeka, di Aula kantor Kaligawe, Sabtu (20/6).
“Maaf.... saya tidak akan menyampaikan teori menulis 5 W + 1 H. Saya sudah bosan !! ”, ujarnya dengan nada usil penuh canda . Sontak peserta diklat pun tergelak.
“Gembirakanlah diri anda saat menulis, sebab kegembiraan yang anda rasakan akan menjadi ruh dalam setiap pekerjaan yang anda lakukan” begitu ungkap Prie, meyakinkan. “Lakukanlah dengan asyik, saat anda menulis. Sebab keasyikan yang anda rasakan akan memunculkan nilai-nilai artistik pada tulisan anda” ungkapnya menegaskan.
Itulah salah satu pesan yang disampaikan Prie, dalam ceramahnya,. Waktu selama lebih dari enam jam, seolah hanya dilalui sekejap. Tak ada kepenatan dan kebosanan yang hinggap. Tepuk tangan dan gelak tawa, selalu mengiringi menit-demi menit. Bahkan hingga akhir acara.
Luar biasa.... itulah yang ia lakukan, mengungkap segala kisah hidup menjadi nilai-nilai yang berharga. Pengamatannya pada hal-hal kecil disekitarnya, membuatnya ia mampu memaknai lebih mendalam tentang sebuah ketulusan, cinta, martabat, bahkan seni.
Disitulah kekuatan cerita yang ia sampaikan. Dari simbol yang begitu kecil, namun ia bisa melihat lebih jauh dan meresapi hingga membahasakan dalam bentuk nilai-nilai. Setiap kata yang disampaikan selalu diresapi dengan penuh penghayatan. Perpaduan rona muka dan gerakan-gerakan tangan yang serasi, selalu membuat audiens terhanyut, mendengar setiap pesan-pesannya.
Kekuatan lain yang memukau darinya adalah kemampuan, mengungkap sesuatu yang tabu menjadi lumrah dan patut diperhatikan. Apalagi, disela-sela bicaranya kadang diisi dengan kata umpatan, meskipun dengan nada bercanda.
Kisah tentang calana dalam misalnya, karena letaknya didalam, celana dalam kadang disepelekan. Namun penghargaan pada hal kecil yang tersembunyi pada pribadi kita perlu dilakukan. Yang bisa kita tangkap dari cerita itu adalah, kebanyakan dari kita mengagumi keindahan namun dari sisi luar (artistik). Sementara kita juga kerap menyembunyikan keburukan-keburukan.
Kisah kontradiksi antara Richard Gear dan Cindy Crowford seorang aktor dan aktris, dengan Mbah Welas dikampunya. Pasangan Richard Gear dan Cindy Crowford dengan kegemerlapan dan kesempurnaan fisik yang dimiliki, namun tidak bahagia dalam hidupnya. Namun mbah Welas yang renta, ia tetap menjaga etos hidup dengan bekerja, berdagang, bahkan melakukan aktifits fisik yang seharusnya tidak ia lakukan. Kontradiksi tentang kisah etos dan penghayatan pada hidup yang tidak sekedar menjadikan nilai aritistik sebagai satu-satunya puncak keberhasilan dalam hidup. Namun nilai empatik yang terkadang membuat, hidup kita lebih bermakna.
Kekuatan lain yang dimiliki oleh Prie GS dalam ceramahnya ialah, mengkaitkan sesuatu yang seolah remeh, namun itu terkait mendalam dengan hal-hal atau pekerjaan yang kita lakukan. Disitulah ia menunjukkan kerumitan dengan kesederhanaan. Mengubah kebosanan menjadi menyenangkan. Disitulah ia menujukkan, tentang pentingnya etos dan kegigihan dalam melakukan apapun bentuk pekerjaan, termasuk wartawan yang harus menulis.
Ketika ia menceritakan buah pisang yang tumbuh dipekarangannya, mengambil foto dalam setiap perubahan. Mulai kuncup bunga jantung hingga berbuah dan matang. Bahwa buah tersebut adalah buah pertama yang tumbuh di pekarangannya, setelah ia melewati jerih payah membeli sepetak tanah sengketa. Betapa ia bersyukur, bahwa buah tersebut bisa dimakan untuk keluarga. Betapa buah itu adalah wujud dari sebuah anugrah. Disitulah ia melakukan pengamatan dengan detail dan seksama terhadap pekerjaan dan hasil pekerjaanya.
Satu lagi hal takjub yang bisa diperoleh. Bahwa salah satu syarat tulisan seorang wartawan itu bermakna, juga harus mengungkap secara detail. Sesuatu yang detail selalu mengikat dengan kedekatan. Kedekatan emosional, maupun kedekatan secara fisik. Detail itulah yang membuat cerita lebih hidup, setiap perubahan-perubahan yang membuat kita tahu dengan jelas, apa yang diceritakan.
Hal lain yang dikisahkan yakni, mengubah cara pandang negatif menjadi positif. Diceritakan bagimana ketia ia berada dirumah dengan segala benda-benda rumah. Ia meresapi setiap simbol yang ada. Meresapi dengan hati dan menghayati. Karena benda itulah yang selalu membuatnya kangen pada keluarga dan selalu kangen untuk pulang dan berkumpul dengan keluarga.
Disitulah ia juga menenkankan, bahwa kita juga harus menulis dengan hati. Menulis dengan perasaan yang sangat batiniah. Karena dari hal itu pula kita bisa membuka intuisi filsafat dari setiap hal yang kita ungkap. Kemudian, rasa seninya pada benda juga mengubah yang menjadi luar biasa.
Ketika kekuatan empatik selalu ditanamkan, dan batin kita selalu ditaburi kebaikan, niscaya alam juga akan mengantar kita pada etapenya. Baginya, seorang bisa menulis dengan baik dan bisa menghasilkan karya besar ketika ia mampu menghayati setiap kemerdekaan berpikir, dengan imajinasi tanpa batas. Disitulah kita bisa memadukan segenap rasa seni dan hati yang tulus untuk sebuah tulisan bermakna, mendalam, memikat dan autentik. (sakur)

Menggali Cerita Dibalik Fakta

Kejelian wawancara mengungkap yang samar

Hasil kerja jurnalistik 90 persen dilakukan melalui proses wawancara. Selain telaah pustaka, dan pengamatan, proses wawancara menjadi bagian jurnalistik yang tidak dapat dipisahkan. Dari itu diperlukan teknik wawancara yang tepat.
Eko Mujiharto, dalam kesempatan diklat Jurnalistik Calon wartawan Suara Merdeka Kamis (11/6) menyampaikan, ada beberapa hal yang harus selalu diperhatikan oleh wartawan. Hal itu yakni, memelihara situasi, tangkas menarik kesmpulan, menjaga pokok persoalan, kritis dan jeli agar dapat mendapat informasi secara rinci.
Dalam melakukan wawancara hal yang penting yakni, memahami maksud tujuan wawancara, menguasai topik atau materi, serta dapat menata dengan baik organisasi wawancara . beberapa syarat yang perlu di pahami wartawan saat melakukan wawancara yakni, tujuanya jelas, efisien, menyenangkan, mengandalkan persiapan dan riset,melibatkan kepentingan khalayak,menimbulkan spontanitas, pewawancara berfungsi sebagai pengendali, serta mampu mengembangkan logika.
Kemampuan mengembagkan logika oleh pewawancara, sangat ditentukan seberapa banyak pengetahuan dan pengalaman seseorang. Dalam melakukan wawancara, seorang wartawan juga tidak harus terjebak dalam formalitas, namun substansi dari penggalian data, bisa dilakukan dengan berbagai cara.
Bebera jenis wawancara diantaranya, yakni, wawancara sosok, wawancara berita, wawancara jalanan, wawancara sambil lalu, wawancara telepon, wawancara tertulis, dan wawancara kelompok.
Sementara itu, hal penting lain yang perlu dilakukan pada saat wawancara yakni, jangan gusar saat orang yang kita wawancarai menolak dengan alasan sibuk. Untuk membuat komitment kuat maka, usahakan jangan telat datang. Agar proses wawncra berjalan lancar maka , bawalah peralatan lengkap.tujukkan identitas , dan jangan menjanjikan bahwa hasil wawancara akan sepenuhnya dimuat.
Patut diperhatikan oleh wartawan, tentang jenis-jenis pertanyaan. Beberapa pertanyaan itu yakni, pertanyaan terbuka, pertanyaan hipotetik terbuka, pertanyaan langsung,pertanyaan tertutup, pertanyaan beban, pertanyaan terpimpin, dan pertanyaan orang ketiga.
Yang terpenting dari semua penggalian data yang kita lakukan, yakni, sejauh mana data yang bisa kita peroleh, dan kita mampu memilah data secara detail mana yang diperlukan dan mana yang tidak di perlukan. Prinsipnya dalam melakukan wawancara, jangan pernah berhenti sebelum point yang kita perlukan didapat. Sebab sebagai wartawan kita juga harus membedakan, informasi yang bisa dikonsumsi publik dan infomasi yang harus disimpan sebagai pengkayaan wacana. (sakur)

Pembawa Kebenaran yang Mengikuti Hati Nurani

Prinsip Reportase Bagi Wartawan


Jurnalisme merupakan hal yang selalu berkaitan dengan mana yang lebih penting dibutuhkan oleh publik. Dari itu mengapa diperlukan reportase, sebab tugas jurnalisme adalah menyediakan informasi yang dibutuhkan publik. Dari itu kewajiban pertama yang harus dipenuhi oleh wartawan ialah menyuarakan kebenaran, karena reporter yang baik adalah pembawa suara kebenaran dan bukan pendusta.
Jurnalisme merupakan ruang bagi siapapun dan jurnalisme merupakan sesuatu yang membebaskan, dari itu ia bukan untuk para pejabat dan birokrat, namun jurnalisme juga untuk rakyat.
Billcovach & Tom Rosentie dalam sembilan elemen jurnalisme disebutkan, setidaknya ada 9 elemen jurnalisme yang perlu dipahami.
menyampaikan kebenaran
loyal kepada masyarakat
dispilin melakukan verivikasi
memiliki kemandirian dengan yang diliput
mandiri dari kekuasaan
menjadi forum bagi kritik dan kesepakatan publik
menyampaikan sesuatu yang menarik dan relevan dengan publik
komperhensif dan responsif
mengikuti hati nurani

Itu pula yang disampaikan Triyono Triwikromo Sabtu (13/6), menurutnya, dalam menjalankan tugas, wartawan senantiasa harus independen. Hal itu pula yang bisa menjadikan lebih keleluasan dalam mengekplorasi sebuah kasus. Disaat yang sama wartawan juga mempunyai kesempatan untuk menyampakan informasi secara utuh kepada masyarakat.
Sementara itu beberapa elemen nilai berita yakni,
Conflict
immediacy
Proximity
consequency
Oddity : terkait dengan sesuatu yag diperhatikan
Sex
Emotion
Prominance (name make news)
Suspence terkait dengan yang ditunggu-tunggu publik
Progress terkait dengan perkembangan sesuatu.

Seorang wartawan yang baik akan selalu membawa peralatan, minimal bolpoint dan kertas. Meski sesunguhnya wartawan tidak boleh tergantung pada alat pada saat melakukan kerja , namun wartawan juga harus memiliki kesiapan yang minimal.
Idealita seorang wartawan tidak akan bisa terwujud jika kerja –kerja mendasar tidak dilakukan. Alangkah baiknya jika sebelum melakukan kerja maka seorang wartawan juga melakukan persiapan peliputan. Beberapa hal penting yang perlu dlakukan yakni, mencari informasi awal dari berbagai sumber, memastikan, isu atau kejadian yang akan diliput, mendokumentasikan seluruh informasi yang penting, menentukan angel, menulis seluruh isi berita, dan terakhir melkukan editing bahasa serat logika berita.
Dengan melakukanhal tersebut, maka akurasi informasi yang disampaikan bisa kepada publik bisa dipertanggungjawabkan.