Sabtu, 20 Juni 2009

Sehari Bersama Prie GS

Motivator yang Selalu Belajar dari Setiap Kisah

Nama lengkapnya Supriyanto. Panggilannya Prie Sepintas tidak ada yang istimewa dari sosok bertubuh sedang dengan kumis tebal dan bermbut kriting ini. Itulah kesan pertama yang muncul. Pakaian yang dikenakan pun sederhana, tak menunjukkan kemewahan. Namun, dari sikap dan caranya menyapa atapun berbicara, ia mengesankan seorang yang ramah dan santun.
Jika belum mengenal, orang tidak mengira, bahwa ia adalah kartunis yang kini menjadi motivator handal. Persepsi tentang Prie GS yang diangap layaknya orang biasa, dipastikan bakal hilang kurang dari semenit, jika melihat ia ceramah di mimbar. Lihat saja ketika ia mengisi ceramah untuk peserta Diklat Jurnalistik Calon Wartawan Suara Merdeka, di Aula kantor Kaligawe, Sabtu (20/6).
“Maaf.... saya tidak akan menyampaikan teori menulis 5 W + 1 H. Saya sudah bosan !! ”, ujarnya dengan nada usil penuh canda . Sontak peserta diklat pun tergelak.
“Gembirakanlah diri anda saat menulis, sebab kegembiraan yang anda rasakan akan menjadi ruh dalam setiap pekerjaan yang anda lakukan” begitu ungkap Prie, meyakinkan. “Lakukanlah dengan asyik, saat anda menulis. Sebab keasyikan yang anda rasakan akan memunculkan nilai-nilai artistik pada tulisan anda” ungkapnya menegaskan.
Itulah salah satu pesan yang disampaikan Prie, dalam ceramahnya,. Waktu selama lebih dari enam jam, seolah hanya dilalui sekejap. Tak ada kepenatan dan kebosanan yang hinggap. Tepuk tangan dan gelak tawa, selalu mengiringi menit-demi menit. Bahkan hingga akhir acara.
Luar biasa.... itulah yang ia lakukan, mengungkap segala kisah hidup menjadi nilai-nilai yang berharga. Pengamatannya pada hal-hal kecil disekitarnya, membuatnya ia mampu memaknai lebih mendalam tentang sebuah ketulusan, cinta, martabat, bahkan seni.
Disitulah kekuatan cerita yang ia sampaikan. Dari simbol yang begitu kecil, namun ia bisa melihat lebih jauh dan meresapi hingga membahasakan dalam bentuk nilai-nilai. Setiap kata yang disampaikan selalu diresapi dengan penuh penghayatan. Perpaduan rona muka dan gerakan-gerakan tangan yang serasi, selalu membuat audiens terhanyut, mendengar setiap pesan-pesannya.
Kekuatan lain yang memukau darinya adalah kemampuan, mengungkap sesuatu yang tabu menjadi lumrah dan patut diperhatikan. Apalagi, disela-sela bicaranya kadang diisi dengan kata umpatan, meskipun dengan nada bercanda.
Kisah tentang calana dalam misalnya, karena letaknya didalam, celana dalam kadang disepelekan. Namun penghargaan pada hal kecil yang tersembunyi pada pribadi kita perlu dilakukan. Yang bisa kita tangkap dari cerita itu adalah, kebanyakan dari kita mengagumi keindahan namun dari sisi luar (artistik). Sementara kita juga kerap menyembunyikan keburukan-keburukan.
Kisah kontradiksi antara Richard Gear dan Cindy Crowford seorang aktor dan aktris, dengan Mbah Welas dikampunya. Pasangan Richard Gear dan Cindy Crowford dengan kegemerlapan dan kesempurnaan fisik yang dimiliki, namun tidak bahagia dalam hidupnya. Namun mbah Welas yang renta, ia tetap menjaga etos hidup dengan bekerja, berdagang, bahkan melakukan aktifits fisik yang seharusnya tidak ia lakukan. Kontradiksi tentang kisah etos dan penghayatan pada hidup yang tidak sekedar menjadikan nilai aritistik sebagai satu-satunya puncak keberhasilan dalam hidup. Namun nilai empatik yang terkadang membuat, hidup kita lebih bermakna.
Kekuatan lain yang dimiliki oleh Prie GS dalam ceramahnya ialah, mengkaitkan sesuatu yang seolah remeh, namun itu terkait mendalam dengan hal-hal atau pekerjaan yang kita lakukan. Disitulah ia menunjukkan kerumitan dengan kesederhanaan. Mengubah kebosanan menjadi menyenangkan. Disitulah ia menujukkan, tentang pentingnya etos dan kegigihan dalam melakukan apapun bentuk pekerjaan, termasuk wartawan yang harus menulis.
Ketika ia menceritakan buah pisang yang tumbuh dipekarangannya, mengambil foto dalam setiap perubahan. Mulai kuncup bunga jantung hingga berbuah dan matang. Bahwa buah tersebut adalah buah pertama yang tumbuh di pekarangannya, setelah ia melewati jerih payah membeli sepetak tanah sengketa. Betapa ia bersyukur, bahwa buah tersebut bisa dimakan untuk keluarga. Betapa buah itu adalah wujud dari sebuah anugrah. Disitulah ia melakukan pengamatan dengan detail dan seksama terhadap pekerjaan dan hasil pekerjaanya.
Satu lagi hal takjub yang bisa diperoleh. Bahwa salah satu syarat tulisan seorang wartawan itu bermakna, juga harus mengungkap secara detail. Sesuatu yang detail selalu mengikat dengan kedekatan. Kedekatan emosional, maupun kedekatan secara fisik. Detail itulah yang membuat cerita lebih hidup, setiap perubahan-perubahan yang membuat kita tahu dengan jelas, apa yang diceritakan.
Hal lain yang dikisahkan yakni, mengubah cara pandang negatif menjadi positif. Diceritakan bagimana ketia ia berada dirumah dengan segala benda-benda rumah. Ia meresapi setiap simbol yang ada. Meresapi dengan hati dan menghayati. Karena benda itulah yang selalu membuatnya kangen pada keluarga dan selalu kangen untuk pulang dan berkumpul dengan keluarga.
Disitulah ia juga menenkankan, bahwa kita juga harus menulis dengan hati. Menulis dengan perasaan yang sangat batiniah. Karena dari hal itu pula kita bisa membuka intuisi filsafat dari setiap hal yang kita ungkap. Kemudian, rasa seninya pada benda juga mengubah yang menjadi luar biasa.
Ketika kekuatan empatik selalu ditanamkan, dan batin kita selalu ditaburi kebaikan, niscaya alam juga akan mengantar kita pada etapenya. Baginya, seorang bisa menulis dengan baik dan bisa menghasilkan karya besar ketika ia mampu menghayati setiap kemerdekaan berpikir, dengan imajinasi tanpa batas. Disitulah kita bisa memadukan segenap rasa seni dan hati yang tulus untuk sebuah tulisan bermakna, mendalam, memikat dan autentik. (sakur)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar