Sakur AW
Cilacap 13 Januari 1981
Nusadadi TR 01/05, Tinggarjaya, Sidareja , Cilacap
53261
Tentang Aku dan Kehidupanku
Hidup adalah belajar dan memperbaiki.
Kadang kita tak akan pernah tau tentang kebenaran jika kita tak pernah melakukan kesalahan.
Hal tersedih dalam hidup kita adalah, ketika dalam keadaan bahagia tidak ada seorangpun yang bisa kita ajak bersama.
Teman sejati akan selalu datang ketika dunia dan orang-orang tengah meninggalkan kita.
Aku akan tetap menjadi aku
Aku yang selalu berusaha bertindak bijak dengan hati yang bijak.
Aku yang selalu tergoda dengan segala keindahan
Aku yang selalu menghormati dan mengagungkan keindahan perempuan
Atas nama kepercayaan dan kebisaan, aku pertaruhkan segala masa depan
Sebab apa yang kita lihat , tak seperti apa yang sesungguhnya terjadi
Karena tidak ada yang abadi kecuali kepentingan.
Antara hitam putih dan abu-abu kehidupan
Aku akan berjalan dengan segenap mata hatiku.
Untuk Ayahku
Menjalani dunia yang sepi
Mungkin itu tidak terlalu tepat, jika memilih menjadi seorang wartawan adalah menjalani dunia yang sepi. Mengapa sepi dan sepi dari apa? Disetiap kebenaran dan fakta yang kita sampaikan. Disetiap konflik dan sengketa yang dipedebatkan. Kita senantiasa harus selalu berada ditengah
.
Pada akhirnya keberpihakan dan idealisme kita pula yang nantinya akan membawa pada dunia yang sunyi ini. Dunia yang tidak mengajak kita pada “popularitas” dan “kemapanan”. Namun pilihan ini harus tetap dijalankan.
Siapa yang bisa kita harapkan untuk menyampaikan kebenaran.
Aku mungkin bukan apa-apa dan bukan siap-siapa ditengah lingkaran besar yang disebut dunia dan segala problematikanya. Tapi satu perubahan itu diawali dari satu langkah kecil usaha sungguh-sungguh.
Aku sangat berterimakasih pada ayahku.
Saat senja di pematang sawah
Hanya sebuah kursi kayu dengan sebuah buku selalu menjadi teman akrabku
Ketika aku baru mengenal huruf dan kata
Ayahku selalu membujuk untuk membaca
“jagalah padi yang menguning itu, dan baca buku ini sampai selesai”
“jangan pulang sebelum senja”
kebiasaan yang berjalan lebih dari tiga tahun itu, menjadi khasanah yang mendewasakaku saat ini.
Kalian Semua Menggugah Inspirasiku
Aku selalu merasa beruntung bertemu dengan teman-temaku
Mereka yang selalu bersemangat
Berusaha belajar
Memberi empati
Dan mungkin mau berkorban untuk sebuah ketulusan
Jika kita terikat dengan ruang dan waktu
Mungkin, penghargaanmu pada ketulusan yang akan menjadi pengganti
Pada saat kita tengah merasa kehilangan.
Mari kita tautkan semangat dan tekad
Bahwa kita akan menjadi terbaik
Untuk diri kita dan untuk orang-orang yang kita cintai.
Untuk Romo Guru yang Membimbingku
Zainal Abidin
Trianto Triwikromo
Prie GS
Mbah Mul
Susilo
Dan semua yang telah memberikan segenap bimbingan
Dalam kejumudan hidup, kalian telah memberi warna semangat hidup.
Itulah sejatinya ki Semar yang selalu memberikan wejangan kemuliaan.
Memberi obor penerang bagi gelap
Tak ada yang lebih berharga yang bisa ku sampaikan
Terimakasihku, serta segenap ketulusan penghormatan.
Segenap pitutur akan ku pegang
Dan restu suci itu semoga bisa tetap membuat aku menjadi
Sejati ingkang berbudi bowo leksono
Tidak ada komentar:
Posting Komentar